MENANGKAP PESAN-PESAN PROSES AKREDITASI
Oleh: Nurul Hakim, S.Th.I., M.Hum.
Setiap pimpinan lembaga pendidikan—dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi pasti menginginkan agar akreditasi yang diberikan oleh pemerintah terhadap lembaganya baik nilainya. Untuk mendapatkan penilaian yang baik dari tim penilai akreditasi tentu tidaklah mudah. Sejumlah kriteria—yang telah ditetapkan oleh tim pensurvei akreditasi—harus dapat dipenuhi oleh lembaga. Jika semua kriteria sudah mampu dipenuhi oleh lembaga pendidikan, maka nilai baik pun pasti akan didapatkan. Namun jika sebaliknya, nilai baik itu tentu sulit untuk diperoleh.
Untuk dapat meraih nilai baik, bahkan terbaik, pimpinan lembaga pendidikan tersebut menggelar sejumlah persiapan. Seluruh civitas lembaga pendidikan yang sedang dipimpinnya, dikumpulkan. Dalam perkumpulan tersebut, ia membagi tugas-tugas tertentu untuk diselesaikan dalam batas-batas waktu tertentu.
Tidak sedikit, dari tim yang dibentuk oleh pimpinan lembaga pendidikan tersebut yang mendapat kesulitan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Meskipun ia merasa tugas itu cukup berat, ia tetap berusaha untuk melaksanakannya. Ia pontang-panting lari ke sana ke mari, guna mencari bahan-bahan yang ia butuhkan untuk menyelesaikan tugas yang diamanatkan kepadanya. Pada akhirnya, tim yang dibentuk oleh pimpinan lembaga pendidikan tadi, mengorbankan seluruh waktu, pikiran, dan tenaga untuk menyelesaikan sejumlah tugas sesuai batas waktu yang diberikan.
Setelah datang waktu untuk diadakan penilaian, maka tim penilai akreditasi itupun mendatangi lembaga pendidikan tersebut. Tim penilai akreditasi ini, melihat dan meneliti segala arsip yang disodorkan kepada mereka. Bahkan, sesekali, tim penilai akreditasi ini, menanyai beberapa dewan pengajar yang terdapat dalam lembaga tersebut. Setelah tim penilai akreditasi merasa cukup dalam melihat dan meneliti semua berkas atau arsip yang terdapat di lembaga pendidikan itu, mereka pun kembali ke kantor untuk memutuskan hasil atau nilai yang berhak di peroleh oleh lembaga pendidikan.
Jika akan diadakan akreditasi saja, pimpinan lembaga pendidikan dengan sejumlah tenaga pengajar dan pendidik, begitu serius untuk mempersiapkannya, mengapa kita kurang serius, bahkan tidak serius dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi akreditasi yang sebenarnya. Akreditasi yang sebenarnya ialah akreditasi yang akan dilakukan oleh Allah SWT di Padang Mahsyar, yaitu penghitungan dan pemeriksaan amal-amal manusia selama hidup di dunia ini.
Jika dalam penghitungan dan pemeriksaan amal tersebut banyak baiknya, maka Allah SWT pun akan memberikan nilai yang baik. Di Padang Mahsyar ini, tanda kalau amalnya baik, buku catatan amalnya akan diberikan melalui tangan kanan manusia. Namun, jika catatan amalnya buruk, maka catatan amalnya akan diberikan melalui tangan kirinya. Jika masing-masing manusia sudah menerima hasil dari penghitungan dan pemeriksaan amal, maka mereka akan menuju tempat yang sudah disediakan. Pada hari itu, setelah manusia selesai di Padang Mahsyar, pilihan tempatnya hanya ada dua, surga dan neraka. Jika masuk surga, maka akan bahagia. Karena sejumlah kenikmatan telah disediakan untuknya. Namun sebaliknya, jika masuk neraka, maka akan sengsara. Karena sejumlah siksaan telah menantinya.
Hendaknya manusia sadar diri, bahwa setiap diri pasti akan diakreditasi oleh Allah SWT. Jika sudah tahu akan diakreditasi oleh-Nya, maka ia harus mengadakan sejumlah persiapan. Proses-proses untuk menghadapi akreditasi Allah SWT inilah yang sangat sulit dan berat. Meskipun sulit dan berat, proses persiapan itu harus dilakukan. Di antara proses persiapan untuk menghadapi akreditasi Allah SWT ialah banyak melakukan amal saleh.
Amal saleh (berbuat baik) tidak perlu menunggu usia lanjut. Siapa pun yang masih bernafas dan kakinya menginjakkan bumi, harus selalu berbuat baik. Karena, maut akan datang sewaktu-waktu. Jika maut sudah datang, maka proses persiapan itu pun juga sudah berakhir. Jika sudah berakhir masa persiapan untuk menghadapi akreditasi, maka ia tinggal menunggu hasil akreditasi.
Petunjuk yang mudah untuk persiapan menghadapi akreditasi Allah SWT tersebut dengan menjalankan rukun Islam; syahadat, salat, zakat, puasa dan haji. Kelima hal ini, jika manusia mampu mengamalkannya, itu sudah cukup baik, bahkan sangat baik. Sebab, tidak mudah juga untuk mengamalkan kelima ajaran tersebut. Demikian juga, tidak sulit pula untuk mengamalkannya. Terkait dengan mudah dan sulitnya dalam melaksanakan kelima ajaran itu, tergantung dari kapasitas keimanan seseorang. Semakin tebal dan tinggi keimanan seseorang, maka ia akan mudah dan ringan untuk melaksanakan kelima ajaran tersebut. Namun, semakin tipis dan rendah keimanan seseorang, maka ia akan merasa sulit dan berat untuk melaksanakan kelima ajaran itu. Karena itu, manusia hendaknya, selalu menjaga kedinamisan keimanan yang ada dalam jiwanya. Waallahu A’lam.