STUDI KASUS KEPRIBADIAN SANTRI BARU DI PONDOK PESANTREN AL-IMAN PUTRA PONOROGO
Muhammad Alfian Ikhsan
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo (IAIN Ponorogo)
muhammadalfianikhsan@gmail.com
- PENDAHULUAN
Santri merupakan anak yang memilih menempuh pendidikan di pondok pesantren dengan keinginannya sendiri atau dengan paksaan dari kedua orang tuanya. Masa remaja merupakan masa transisi dari usia anak-anak menuju usia dewasa. Masa remaja identik dengan adanya pubertas, yang masanya tergolong cukup panjang. Pubertas adalah awal kemampuan seseorang dapat berproduksi dengan ditandai dengan munculnya perubahan-perubahan fisiologis tertentu.[1]
Lembaga pendidikan Islam mempunyai andil yang sangat besar untuk mengiringi prosesnya dalam menjalankan hidup. Karena dalam orientasinya, pendidikan Islam harus mampu menyiapkan sumber daya manusia yang tidak sekedar sebagai penerima arus informasi global, juga harus memberikan bekal kepada mereka agar mengolah, menyesuaikan dan mengembangkan segala hal yang diterima melalui arus informasi itu, yakni manusia yang kreatif, dan produktif.[2]
Pada hakikatnya pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki akar budaya yang sangat kuat dalam kehidupan masyarakat indonesia khususnya masyarakat Islam. Karena secara historitas pesantren tidak hanya identik dengan makna ke-Islaman. Terutama dalam kedudukannya sebagai lembaga pendidikan agama sekaligus berfungsi sebagai sosialisasi nilai-nilai ajaran agama Islam, yakni sebagai lembaga sosial. Seiring dengan perkembangan waktu dinamika didalam pesantren disebut sebagai sebuah budaya.[3]
Alternatif bagi orang tua dalam memilih pendidikan yang tepat untuk anaknya adalah pendidikan pesantren. Pada hakikatnya pendidikan pesantren sama halnya dengan pendidikan di sekolah umum, namun yang membedakan adalah pelajaran yang di ajarkan tidak hanya pelajran umum, melainkan lebih condong ke pelajaran agama serta menggunakan sistem asrama.[4]
Kajian penelitian terhadap santri baru di pondok pesantren Al-Iman Ponorogo menjadi karya tulisan yang sangat penting dan menarik. Yang mengakaji berbagai perubahan kepribadian santri baru setelah mengalami kehidupan baru di ranah pesantren. Ditinjau dari segi bagaiamana santri melaksanakan berbagai kegiatan, aktivitas, rutinitas dan peraturan yang ada di pondok pesantren.
Tulisan ini sengaja ditulis yang bersumber dari observasi dan wawancara kepada obyek penelitian yaitu santri baru di pondok pesantren Al-Iman putra Ponorogo. Dengan tujuan mengungkap berbagai pengaruh, perubahan, dampak yang dialami oleh santri-santri baru.
- METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini hanya mengkaji variabel “bagaimana perubahan kepribadian santri baru di pondok pesantren al-Iman putra Ponorogo setelah beradaptasi di lingkungan baru yaitu pesantren ? ”. Dari variabel ini, peneliti akan mengungkap berbagai kegiatan, aktivitas di Pondok Pesantren Al-Iman Putra Ponorogo, selain itu perbuhan-perubahan yang ada setelah beradaptasi dengan berbagai kegiatan tersbut. Untuk melakukan interpretasi beberapa pembahasan tersebut peneliti menggunakan metode kualitatif. Karena dengan menggunakan metode ini peneliti akan lebih ringkas dan lugas dalam membahasan objek-objek studi kasus ini.
Penelitian ini didesain secara kualitatif. Desain kualitatif adalah rancangan penelitian yang menjelaskan variabel penelitian dalam bentuk data yang tersusun dengan aspek-aspek yang berkenaan dengan objek penelitian. Berangkat dari data tersebut, akan memberikan gambaran tentang alur pembahasan dari variabel-variabel dengan harapan akan menghasilkan sebuah penelitian yang apik mengungkap fenomena perubahan kepribadian santri baru di pondok pesantren al-Iman putra Ponorogo setelah beradaptasi di lingkungan baru yaitu pesantren.
- PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Dari sini penulis memadukan teori perubahan sosial dan sosiologi agama remaja. Dengan dua teori ini, penulis berusaha untuk fokus memadukan dan mengkorelasikan keduanya. Dari sisi perubahan sosial penulis membahas perubahan, dampak serta pengaruh yang dialami para santri baru di pondok pesantren al-Iman putra Ponorogo yang merubah kepribadian, sikap dan sifatnya setelah beradaptasi di lingkungan baru yaitu pesantren. Sedangkan dari sisi sosiologi agama remaja, penulis membahas anak seumuran remaja yang dididik di ranah pesantren yang jauh dari orang tua, jauh dari suasana bermain, melainkan ditempa dengan ilmu agama.
- Kepribadian Santri
Kepribadian berasal dari kata personality (bahasa Inggris) yang berasal dari kata persona (bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Hal itu dilakukan karena terdapat ciri-ciri yang khas yang hanya dimiliki oleh seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang baik, ataupun yang kurang baik.[5]
Sedangkan Secara etimologis, terdapat berbagai pendapat yang diajukan para ahli berkenaan dengan pengertian santri. Abu Hamid memahami bahwa, kata santri adalah gabungan dari dua suku kata, “sant” yang bearti manusia baik dan “tra” yang artinya suka menolong. Dalam kerangka ini, kata santri adalah kumpulan orang-orang yang belajar di pondok pesantren dengan dibekali khusunya tetang ilmu-ilmu keagamaan yang cenderung kepada aksi-aksi kemasyarakatan atau social.[6]
Dari penejelasan dua pengertian di atas dapat diperluas kepribadian santri adalah wujud keberadaan santri tersebut. Dilihat dari segi sikap, watak dan sifat. Ada yang memiliki kepribadian pemalu, kepribadian supel maupun kepribadian keras.
- Upaya Pondok Pesantren untuk membangun kepribadian Santri Baru
- Pendidikan 24 Jam
Kehidupan santri di pesantren tidak lepas dari kata pendidikan. Pendidikan di pesantren memiliki pelbagai perbedaan yang signifikan dengan pendidikan di sekolah umum. Sehingga memunculkan warna-warni pengaruh yang di alami oleh santri khususnya santri baru.
Sistem asrama menjadi peluang dalam membentuk karakter keperibadian santri baru. Kehidupan yang jauh dari orang tua, jauh dari media sosial, jauh dari pergaulan bebas akan menjauhkan santri baru dari sifat manja, cengeng, gampang terpengaruh dengan hal-hal yang tidak mendidik.
Santri dididik dan diarahkan selama 24 jam mulai bangun tidur hingga tidur lagi. Pengawasan, pengarahan selau menjadi makanan sehari-hari bagi santri baru yang tentuny masih dalam usia labil mengahadapi berbagai aktivitas di pondok pesantren.
Sistem pendidikan ini dibentuk dengan tujuan mencegah fenoma-fenoma, problematika-problematika yang di alami anak di luar pesantren. Dengan harapan nantinya santri siap dan mampu hidup di masyarakat menjadi orang yang bermanfaat bagi keluarga, saudara serta lingkungan sekitar.
- Kegiatan Ibadah Berjamaah
Dengan sistem asrama menjadikan para santri baru hidup di dalam kebersamaan. Menjalani aktivitas, rutinitas yang tidak sendiri akan menumbuhkan rasa kerterkaitan satu sama lain, saling sapa, bantu-membantu dan saling tukar pengetahuan.
Selain itu kebersamaan juga dilakukan para santri baru dalam hal ibadah. Sholat berjamaah, membaca qur’an, sahur bersama dan buka puasa bersama merupakan kegiatan-kegiatan yang menyelimuti kegiatan santri baru di pondok pesantren.
- Pembelajaran Bahasa Arab dan Inggris
Sebagai pesantren modern, pondok pesantren Al-Iman selalu mengedepankan dwi bahasa yaitu Arab dan Inggris. Berangkat dari bahasa Arab santri akan lebih mudah memhami materi pelajaran berbahasa Arab, kitab turas, sehingga nantinya akan menjadi bekal ketika menyembarkan ilmu-ilmu agama. Sedangkan bahasa Inggris santri tidak hanya terpaku dengan ilmu agama saja, namun juga belajar bahasa Inggris yang nantinya bisa digunakan beradaptasi, berdakwah dan melanjutkan belajar di perguruan tinggi luar negeri.
“Language is our crown” merupakan sebuah semboyan yang tersirat dalam perturan berbahasa di pondok pesantren Al-Iman putra ponorogo. Sehingga aktivitas, rutinitas santri berbahasa Arab dan Inggris, yang sering dikenal dengan Arabic week dan English week yaitu minggu pergantian bahasa, sepekan dengan berbahasa Arab dan pekan depan menggunakan bahasa Inggris.
- Kursus Komputer
Istilah teknologi berasal dari kata techne dan logia, kata Yunani Kuno techne berarti seni kerajinan. Dari techne kemudian lahirlah perkataan technikos yang berarti orang yang memiliki keahlian tertentu. Dengan berkembangnya keterampilan seseorang yang menjadi semakin tetap karena menunjukkan suatu pola, langkah, dan metode yang pasti, keterampilan tersebut menjadi lebih teknik (Tumanggor; 2010). Menurut Alisyahbana dalam bukunya Nanang Martono (2011), teknologi merupakan cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal, sehingga seakan-akan teknologi dapat memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra, dan otak manusia.[7]
Peran toknologi juga sangat penting dalam agama. Yang berfungsi mempermudah mobilisasi dalam segela urusannya, seperti pembelajaran, edukasi, berdakwah dan ,masih banyak lainnya. Maka santri baru di pondok pesantrren Al-Iman Putra ponorogo juga tak lupa untuk dikenal dengan teknologi seriring dengan berkembanganya zaman era digital.
Kursus komputer menjadi wadah untuk mengenal, mengoperasikan dan memfungsikan komputer dengan baik. Santri diajarkan bagaimana cara mengetik di Msicrosoft word, editing di photoshop. Dengan harapan, adanya kursus ini menjadikan para santri baru untuk melek teknologi yang tidak tertinggal dengan orang-orang seumurannya yang menempuh pendidikan di luar pesantren. Waktu kursus dilaksanakan 1 minggu 2 kali pertemuan.
- Olahraga
Dari Jabir bin Abdillah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Segala sesuatu yang di dalamnya tidak mengandung dzikrullah merupakan perbuatan sia-sia, senda gurau dan permainan, kecuali empat (perkara), yaitu senda gurau suami dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah, dan mengajarkan renang”. (HR. An-Nasa’i). Berdasarkan hadis Rasulullah tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan olaharaga dianjurkan oleh nabu Muhammad SAW.
Mens sana in corpore sano, sebuah kalimat dalam bahasa latin yang artinya adalah di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Kalimat ini menjadi semboyan bagi santri yang harus tertanam di benaknya supaya tidak bermalas malasan dalam berolahraga. Jika tubuh santri sehat tidak berpenyakitan maka seluruh aktivitas dan rutinitasnyapun berjalan dengan hikmat, seperti beribadah, belajar dan mengaji.
Kegiatan olahraga di pondok pesantren Al-Iman Putra ponorogo terdiri berbagai macam cabang olahraga. Di antaranya adalah Futsal, baskel, Voli, Bulutangkis takraw, tenis meja dan bela diri. Kegiatan oleh dilakukan setiap hari jumat, ahad dan selasa.
- Kepramukaan
Gerakan pramuka menjadi salah satu pembentuk karakter bangsa diantara nya berjiwa patriot, nasionalisme, cinta kepada Tuhan, cinta kepada sesama, dan cinta kepada alam, mengajarkan gotong royong, disiplin, mandiri, saling menolong, menghargai, kepedulian sosial dan lingkungan. Kegiatan pramuka yang sarat nilai-nilai karakter sangat wajar bila banyak kalangan berharap Gerakan Pramuka mampu mengatasi degradasi moral anak bangsa.[8]
Pemerintah menjadikan gerakan pramuka sebagai organisasi pilihan utama dalam membangun kepribadian andika-andika, dari segi karakter, sifat, emosional. Gerakan pramuka harus mampu membina, mendidik para andika-andika untuk tidak mudah menyerah, putus dalam mengahadapi berbagai problematika hidup.
Tidak kalah penting gerakan pramuka menjadi bagian dari aktivitas utama santri baru di pondok pesantren Al-Iman Putra Ponorogo. Kegiatan ini dilakukan guna untuk membangun kepribadian dari sisi emosional, karakter dan kepedulina sosial antar sesama. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari rabu dan kamis yang diikuti seluruh santri di pondok pesantren Al-Iman putra Ponorogo.
- Muhadloroh (Kegiatan latihan berpidato)
“The Show Must Be Go On” semboyoan yang akrab dijadikan motivator tampil memukan menyampaikan retorika di depan para audiens dengan 3 bahasa yaitu Arab, Indonesia dan Inggris. Kegiatan yang diwajibkan bagi seluruh santri baru pondok pesantren Al-Iman Putra Ponorogo yang dibagi sesuai kelompok yang telah ditentukan. Selain untuk melatih menatal dan keberanian, sertiap santri baru dituntut untuk meningkatkan kepampuan mereaka dalam berpidato di depan umum khususnya dalam berbahasa Atrab, Indonesia dan Inggris. Pembicaraan telah dijadwal bergilir serta wajib menulis naskah dalam buku tulis khusus dan memeriksakannya kepada pembimbing. Adapun yang bertindak sebagai musyrif (pembimbing) adalah asatidz atau para guru serta dibantu bagian pengajaran.
- Pelajaran Pagi (Darsul Idhofi Sobakh)
Kegiatan yang berlangsung pada pukul 05.00-06.00 ini merupakan aktivitas ekstrakurikuler bagi siswa baru pondok pesantren Al-Iman putra Ponorogo untuk mendalami materi pendukung beberapa materi yang diajarkan di kelas. Seperti muthala’ah, nahwu shorof, Qira’ah (reading), Imla’, Insya’ (composation), tamrinat dan Al-Qur’an. Kegiatan ini dihandle oleh bagian bahasa.
Selain kegiatan harian, terdapat kegiatan mingguan untuk meningkatkan kualitas bahasa santri baru di antaranya adalah muhadasah (percakapan), Amsilati, minggu bahasa dan Tasyji’ul Lughah.
- Mudzakaroh
Merupakan media tukar pikiran dan diskusi santri setiap sore pada pukul 17.00-17.30 WIB. Di dalamnya mengajak anak mengerti berbagai permasalahn agama baik itu fiqih, ushul fiqh, muqoronatul madzahib dan berbagai macam seluk beluk agama Islam lainnya.
Sistem berjalannya seluruh santri duduk berkelompok membuat halaqoh (lingkaran-lingkaran) dengan salah satu pengurus memandu mereka membahas suatu masalah. Metode ini menisbatkan ke pengajaran para ulama Islam terdahulu menyebar luaskan ilmu agama lewat terju ke masyarakat langsung lewat edukasi-edukasi.
- Peningkatan Bacaan Al-Qur’an Santri
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan bacaan al-Qur’an santri baru, organisasi pelajar bekerja sama dengan peran wali kelas dan guru pengajar al-Qur’an ikut rembuk mengajari santri baru membaca al-Qur’an dengan benar menggunakan ilmu tajwid yang sudah dipelajari. Santri baru yang mempunyai bakat pada suaranya, direkrut untuk masuk anggotan jam’yyah-l-Quro wal Muadzinin (kelompok para pembaca al-Qur’an dan muadzin), agar roda kaderisasi tetap berjalan. Dengan harapan sekembalinya ke rumah nanti santri tidak canggung untuk menyerukan adzan di masjid-masjid setempat. Tidak hanya sebatas lancar membaca, tetapi para santri juga diajarkan bacaan murottal dan seni tilawah lainnya.
- Kegiatan hafalan Qur’an
Kehidupan santri tidak lepas Qur’an. Qur’an menjadi bacaan keseharian santri baru, dari sini akan lebih maksimal jika Qur’an tidak sekedar dibaca, namun juga dihafalkan.
One day one ayat (satu hari satu ayat) merupakan teknis mengahafal Al-Qur’an di pondok pesantren Al-Iman putra Ponorogo. Menghafal satu hayat dengan tujuan mempermudah dalam mengahafal khususnya santri baru dan juga memperbuadah untuk mengingatnya. Kegiatan ini dilakukan setiap pagi hari setelah sholat shubuh dan malam hari setelah sholat magrib.
- Seni Musik dan Hadroh
Selain sisi keagaman, santri juga dikenalkan dan diajarkan cara bermain musik dan hardroh. Meskipun biasanya santri identik dengan membaca Qur’an, menghafal Qur’an, mengkaji kitab, Akan tetapi di pondok pesantren Al-Iman putra Ponorogo santri diajarkan bagaimana cara bermain musik.
Kegiatan ini terdiri berapa cabang alat musik, yaitu cabang drum, gitar, gitar bass, electone, dan vokal. Selain ada juga cabang hadroh seperti banjari, terbang dan darbuka. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari senin sore dan ahad malam.
- Keterampilan
Keterampilan menjadi komponen penting dalam mengasah minat dan bakat santri baru. Kegiatan ini berupa kursus beberapa cabang seni keterampilan seperti melukis balik kaca, letter, kaligrafi, prespektif, anekdot dan karikatur. Dilaksanakan setiap hari sabtu sore.
- Etiket
Salah satu hal perlu diantisipasi ketika perpulangan santri setiap sebelum keberangkatan ke kediaman masing-masing. Kegiatan ini berisi arahan dan bimbingan untuk menjaga akhlak santri untuk tidak keluar dari predikat dia sebagai santri. Untuk itu perlu dilaksanakan suatu pengarahan tentang bagaimana berakhlak dan bertingkah laku yang benar ketika di rumah, dari mulai cara minum yang baik, cara bertamu, cara makan bersama orang tua, adab berbicara dan lain sebagainya yang menyangkut etika dan tata krama kehidupan sosial dalam bermasyarakat.
Pengajarahan tersebut dinamakan etiket, dilaksanakan setiap sebelum memasuki bulan Ramadhan atau satu hari sebelum perpulangan santri. Seluruh santri dan segenap dewan guru hadir dan mengikuti acara ini dengan seksama kareena beliau Pimpinan pondok pesantren Al-Iman putra Ponorogo, bersama Direktur KMI secara langsung memberikan pengarahan yang dilaksanakan di masjid pondok pesantren al-Iman Putra Ponorogo.
- Rapot mental santri
Sebagai tanggung jawab pondok terhadap wali santri, maka dibuatlah rapot mental niali seluruh kegiatan ekstrakurikuler seluruh santri sebagai hasil pemantauan terhadap perkembangan mental santri khusunya santri baru, yang staf pengasuhan santri bekerja sama dengan wali kelas, pengurus organisasi pelajar dan pengurus koordinator gerakan pramuka. Penilaian meliputi; Rapot mental (dedikasi, loyalitas, inisiatif, bacaan Al-Qur’an, ibadah, kebersihan, kepramukaan, latihan pidato dan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris.
- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Santri
Perkembangan kepribadian individu menurut Freud, dipengaruhi oleh kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan. Kematangan adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia. Ketegangan dapat timbul karena adanya frustasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi ketegangan ini dapat dilakukan dengan identifikasi, sublimasi, dan mekanisme pertahanan ego.[9]
Kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, tetapi di dalam perkembangan itu semakin terbentuklah pola-pola yang tetap dan khas, sehingga mempengaruhi ciri-ciri yang unik bagi individu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribdian itu dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
- Faktor Biologis
Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau yang sering disebut dengan faktor fisikologis. Keadaan fisik, baik yang berasal dari keturunan yang merupakan pembawaan yang dibawa sejak lahir itu melainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang, tidak ada yang mengingkarinya. Namun demikian itu hanya merupakan salah satu faktor saja. Kita mengetahui bahwa dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian selanjutnya faktor-faktor yang lain terutama faktor lingkungan dan pendidikan yang tidak dapat kita abaikan.
Kepribadian santri terkadang bisa berubah, terpengaruh atau bahkan tidak bisa berubah dengan alasan karena faktor dari dirinya sendiri. Sehingga lembaga pesantren tidak bisa menjamin bahwa setiap santri khususnya santri baru berubah menjadi lebih baik.
- Faktor sosial
Faktor sosial disini yakni manusia-manusia lain di sekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan. Termasuk kedalam faktor sosial ini juga tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, suasana keluarga dan sebagainya berlaku dalam masyarakat.
Jika di lingkungan pesantren santri biasa terpengaruh dengan teman sekamarnya, sekelasnya bahkan kakak kelasnya. Ajakan, rayuan dan paksaan sebagai celah untuk memengaruhi kepribadian santri.
- Faktor kebudayaan
Kita mengetahui bahwa kebudayan itu tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Kita dapat mengenal bahwa kebudayan tiap daerah atau negara berlainan. Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing anak atau orang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimana anak itu dibesarkan.
Kemudian pasca masuk pondok pesantren anak diperlihat dengan perubahan kebudayaan yang berbeda dengan yang dialaminya di rumah. Jauh dari orang tua, makan nyari sendiri, nyuci baju sendiri. Sehingga kemungkinan besar kepribadian santri akan berubah drastis.
- Perubahan Kepribadian Santri (Hasil Penelitian)
Perilaku menurut Rogers adalah segala aktifitas manusia baik yang bisa diamati secara langsung atau tidak langsung. Sebuah respon dari perilaku individu terhadap suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Sedangkan santri dapat diartikan sebagai orang shaleh yang menuntut ilmu agama Islam.[10]
Berikut hasil observasi kepada objek penelitian yaitu beberapa santri baur pondok pesantren Al-Iman putra Ponorogo.
No. | Pertanyaan | Wildan Ahmad Fahari (Santri kelas 1 C, berasal dari Wonogiri-Jawa Tengah) | Bimo Sakti Tri Hadoyo (Santri kelas 1 A, berasal dari Solo-Jawa Tengah) | Ihsan Maulana (Santri kelas 1 B, berasal dari Purwodadi) |
Apa alasanmu kamu belajar di pesantren ? | Mencari ilmu, memeprdalam pelajaran agama Islam | Mencari ilmu dan mencari adab | Mencari ilmu agama | |
Apakah kamu mondok atas dasar kemauan sendiri atau perintah orang tua ? | Atas dasar kemauan diri sendiri | Atas dasar kemauan diri sendiri | Disuruh orang tua | |
Apa yang kamu rasakan setelah beberapa bulan hidup di pondok pesantren ? | Masuk pondok pesantren langsung merasakan kenyamanan, karena atas dasar kemauan diri sendiri | Sebelumnya tidak nyaman, menjadi nyaman karena banyak teman | Masuk pondok tidak betah dan tidak enak. | |
Kegiatan apa yang paling kamu suka ? | Kepramukaan | Olahraga (Sepak bola) | Olahraga | |
Kegiatan apa yang paling kamu tidak suka ? | Muhadoroh (kegiatan latihan berpidato), dengan alasan kurang percaya diri | Muhadoroh (kegiatan latihan berpidato), ribet, harus mempersiapkan terlebih dahulu | Muhadoroh (kegiatan latihan berpidato), dengan alasan kurang percaya diri | |
Apa cita-citamu setelah lulus dari pesantren ? | Menjadi ustad, dengan alasan menyebarkan ilmu agama, membagakan orang tua. | Polisi, dengan bermodal kedisiplina hidup di pondok pesantren. | Pengusaha |
Dari beberapa pertanyaan diatas setidaknya telah membantu dalam proses penyempurnaan penelitian ini, meskipun banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum tersampaikan. Dari tabel pertanyaan di atas diketahui perbedaan-perbedaan dalam benak santri terkait alasan mondok di pesantren, apa yang dicari di pondok pesantren, apa yang dirasakan hidup di pondok pesantren, kegiatan apa yang disukai dan yang tidak disukai serta apa yang dicita-citakan setelah lulus dari pondok pesantren.
Macam-macam Perubahan Perilaku Santri
- Santri Kurikuler
Santri kurikuler memiliki sifat dan watak cinta ilmu. Kebiasaan santri ini lebih condong menyukai kegiatan yang berbau akademik. Kurang peminatan dalam hal-hal yang berkaitan dengan ekstra kuriuler. Mereka selalu unggul dalam perihal akademik, seperti peraih juara kelas bahkan juara sepondok.
- Santri Esktrakurikuler
Santri ekstrakurikuler sangat aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan di luar kelas. Gemar dan semangat mengikuti kegiatan-kegiatan non-akademik seperti pramuka, olahraga dan sen musik. Sebuah kebanggan tersendiri bagi santri ekstrakurikuler jika namanya terpilih mengikuti perlombaan di luar pesantren mewakili almamater pondok pesantren Al-Iman putra.
- Santri non kurikuler dan non ekstrakurikuler
Santri ini memiliki watak pemalas, mudah putus asa dan mudah menyerah di berbagai hal. Mayoritas mereka kurang aktif dalam kegiatan akademik dan non-akademik. Kebiasaannya lebih suka tidur dan tidak suka bersusah-payah. Sehingga dengan sifat dan kebiasaaanya tersebut menjadikannya tertinggal dari teman-temannya dari sisi akademik maupun non-akademik.
- KESIMPULAN
Kepribadian santri adalah wujud keberadaan santri tersebut. Dilihat dari segi sikap, watak dan sifat. Ada yang memiliki kepribadian pemalu, kepribadian supel maupun kepribadian keras. Pesantren sendiri bukan lembaga yang menjamin dalam perubahan santri untuk terus lebih baik. Dengan alasan santri memiliki backgroud kehidupan masing-masing serta memiliki watak, sikap dan sifat. Ada yang bisa berubah lebih baik dan ada yang tetap dengan perilaku sebelum ia masuk ke pesantren.
Pondok pesantren Al-Iman putra Ponorogo adalah satu lembaga yang hanya berusaha, memaksimalkan, mengoptimalkan peserta didik yaitu santri baru khususnya untuk terus lebih pandai, bermutu dan berakhluk karimah yang nantinya setelah lulus mampu menjadi insan yang bermanfaat untuk keluarga dan masyarakat.
Beberapa upaya dan usaha Pondok pesantren Al-Iman putra Ponorogo dalam membangun kepribadian santri baru adalah dengan memadatkan aktivitas dan rutinitas. Sehingga santri tidak bingung serta mempunyai gambaran, wawasan setelah mengikuti keanekaragaman kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut adalah 1) Pendidikan 24 Jam, 2) Kegiatan Ibadah Berjamaah, 3) Pembelajaran Bahasa Arab dan Inggris, 4) Olahraga, 5) Kursus Komputer, 6) Muhadloroh (Kegiatan latihan berpidato), 7) Pelajaran Pagi (Darsul Idhofi Sobakh), 8) Mudzakaroh, 9) Peningkatan Bacaan Al-Qur’an Santri, 10) Kegiatan hafalan Qur’an, 11) Seni Musik dan Hadroh, 12) Keterampilan, 13) Etiket, 14) Rapot mental santri.
Kemudian kepribadian santri terpengaruhi oleh beberapa faktor, diantranya Faktor Biologis, Faktor sosial , Faktor kebudayaan.
- DAFTAR PUSTAKA
Hamidi Rasyid, “Perubahan Perilaku Santri dari Status Santri Menjadi Siswa (Studi Kasus di SMP Plus Miftahul Huda pada zLingkungan Pondok Pesantren Al-Usymuni Tarate Pandia Sumenep), Jurnal Sandhyalaka, Vol. 1, No. 2, Juli 2020
Syaeful Rohman, “Life Skill Di Pesantren Upaya Peningkatan Dan Pemberdayaan Santri (Studi Kasus di Ponpes Amparan Djati Desa Cisaat Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon)”, Jurnal Empower
Rahmat irfani, Skripsi : “Penyesuaian Diri Santri di Pondok Pesantren Terhadp Kegiatan Pesantren (Studi Kasus di Pondok Pesantren Darunnajah), Jakarta: UIN Syarid Hidayatullah Press, 2004
Eva Fauziah, Skripsi : “Pembentukan Kepribadian Santri Dalam Sistem Pondok Pesantren Salafi Miftahul Huda Cihideung Bogor “, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Press, 2014
Dwi Wahyu Sabariyati, Skripsi “Upaya Pondok Pesantren Dalam Membentuk Kepribadian Santri Yang Sempurna (Studi Di Pondok Pesantren An-Nur Candirejo, Tuntang, Semarang Tahun 2018)” , Salatiga: IAIN Salatiga Press, 2019
Ana Puji Astuti, Anike Nurmalita RPS, “Teknologi Komunikasi dan Perilaku Remaja”. Jurnal Analia Sosiologi, Vol. 3, No. 1, 2014
Sa’adah Erliani, “Peran Gerakan Pramuka untuk Membentuk Karakter Kepedulian Sosial dan Kemandirian (Studi Kasus di SDIT Ukhwah dan MIS An-Nuriyyah 2 Banjarmasin)”, Jurnal Muallimuna, Vol. 2, No. 1, 2016
[1] Hamidi Rasyid, “Perubahan Perilaku Santri dari Status Santri Menjadi Siswa (Studi Kasus di SMP Plus Miftahul Huda pada Lingkungan Pondok Pesantren Al-Usymuni Tarate Pandia Sumenep), Jurnal Sandhyalaka, Vol. 1, No. 2, Juli 2020, Hal. 94
[2] Syaeful Rohman, “Life Skill Di Pesantren Upaya Peningkatan Dan Pemberdayaan Santri (Studi Kasus di Ponpes Amparan Djati Desa Cisaat Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon)”, Jurnal Empower, Hal. 39
[4] Rahmat irfani, Skripsi : “Penyesuaian Diri Santri di Pondok Pesantren Terhadp Kegiatan Pesantren (Studi Kasus di Pondok Pesantren Darunnajah), Jakarta: UIN Syarid Hidayatullah Press, 2004, Hal. 4
[5] Eva Fauziah, Skripsi : “Pembentukan Kepribadian Santri Dalam Sistem Pondok Pesantren Salafi Miftahul Huda Cihideung Bogor “, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Press, 2014, Hal. 20
[6] Dwi Wahyu Sabariyati, Skripsi “Upaya Pondok Pesantren Dalam Membentuk Kepribadian Santri Yang Sempurna (Studi Di Pondok Pesantren An-Nur Candirejo, Tuntang, Semarang Tahun 2018)” , Salatiga: IAIN Salatiga Press, 2019, Hal. 12
[7] Ana Puji Astuti, Anike Nurmalita RPs, “Teknologi Komunikasi dan Perilaku Remaja”. Jurnal Analia Sosiologi, Vol. 3, No. 1, 2014, Hal. 94
[8] Sa’adah Erliani, “Peran Gerakan Pramuka untuk Membentuk Karakter Kepedulian Sosial dan Kemandirian (Studi Kasus di SDIT Ukhwah dan MIS An-Nuriyyah 2 Banjarmasin)”, Jurnal Muallimuna, Vol. 2, No. 1, 2016, Hal. 37
[9] Eva Fauziah, Skripsi : “Pembentukan Kepribadian Santri Dalam Sistem Pondok Pesantren Salafi Miftahul Huda Cihideung Bogor “, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Press, 2014, hal.
[10] Hamidi Rasyid, “Perubahan Perilaku Santri dari Status Santri Menjadi Siswa (Studi Kasus di SMP Plus Miftahul Huda pada Lingkungan Pondok Pesantren Al-Usymuni Tarate Pandia Sumenep), Jurnal Sandhyalaka, Vol. 1, No. 2, Juli 2020, Hal. 95