Ibu Ustadzah Hj. Usnida Mubarokah, M.Pd
PENDAMPING SETIA YANG BERKARAKTER CENDIKA
“Di balik kesuksesan seorang pemimpin terdapat sesosok wanita yang agung”. Kiranya tidaklah berlebihan ungkapan di atas, karena kenyataannya banyak tokoh dan pemuka masyarakat mampu berkiprah dan mengabdi secara totalitas karena ditopang oleh seorang pendamping yang setiap waktu setia memenuhi keperluannya. Bahkan terkadang menjadi teman diskusi pada setiap persoalan yang dihadapi atau pada saat amarah menguasai dan menjadi pelipur lara di kala ujian menghampiri.
Ibu Usnida Mubarokah demikian sosok yang mengisi hampir di setiap ruang dan waktu di pondok Al–Iman Putra, Dusun Ngambakan, Bangunrejo. Kesehariannya tak lepas sebagai seorang istri dari kyai Achmad Zawawi, pimpinan sekaligus peletak dasar pesantren Al-Iman Putra. Sudah lebih dari dua dekade ”Bu Us”-demikian panggilan akrabnya-menemani perjalanan pondok ini sejak dipindah dari Desa Gandu tahun 1995. Tidak sedikit pahit getir yang dirasa saat awal hidup di dalam pedesaan yang masih sepi dan sunyi. Puluhan cobaan, ujian, dan tantangan dilewati bersama sang suami seiring dengan berdirinya pesantren yang tergolong pendatang di wilayah Sumoroto dan Sukorejo ini. Sabar, tabah, dan tawakal adalah tiga kunci utama pembuka peti kesuksesan bagi pendamping pejuang agama ini.
Terlahir dari pasangan Bapak Mahfudz Hakiem-pendiri Pondok Pesantren Al-Iman Ponorogo-dan Ibu Hj. Siti Qomariyah pada 18 Juni 1968, anak kedua dari empat bersaudara ini menghabiskan masa kecilnya di Gandu, Mlarak, Ponorogo. Pendidikan dasar yang ditempuhnya pada Madrasah Ibtidaiyah Maarif Gandu dilanjut siang harinya mengaji di Madrasah Diniyah Manarul Huda. Tahun 1981 melanjutkan jenjang Mts dan MA di Al-Islam Joresan. Dengan motivasi ingin beribadah thalabul ilmi di sekolah agama berstatus swasta yang insya Allah outputnya tidak kalah dengan sekolah umum berstatus negeri. Terbukti dengan kemampuan beliau menembus Perguruan Tinggi. Wanita berkacamata ini pun melanjutkan pendidikannya ke Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan ( IKIP ) Malang dan selesai tahun 1992. Kemudian dipercaya menjadi tenaga guru resmi (PNS) di SMPN Sawoo, Ponorogo. Dan pada tahun 2003 semangat menuntut ilmunya diwujudkan pada pendidikan Magister di Universitas PGRI Buana Surabaya dengan konsentrasi Teknologi Pembelajaran dan rampung tahun 2005.
Hampir mayoritas kehidupan ibu empat anak ini didedikasikan kepada dunia pendidikan dan pengajaran. Selain mengajar di pesantren Al-Iman Putra, beliau sehari-hari mengajar materi Bahasa Indonesia di SMPN 2 Kauman Ponorgo. Karena ketekunan dan kencintaanya mengajar, pada tahun 2005 ibu yang hobinya membaca dan mengikuti informasi berita terkini itu dinobatkan menjadi guru berprestasi se-Kabupaten Ponorogo. Dalam membantu suaminya sebagai figur pesantren, ibu Usnida memperhatikan sisi religiusitas para santrinya. Misalnya dalam setiap mengawali pelajaran, selalu membiasakan berdoa untuk menjadi yang terbaik. Tidak lupa selalu mengingatkan ubudiah para santri di tengah belenggu kesibukan kegiaan mereka. Tak jarang ia berkisah tentang hal-hal yang dapat membangun jiwa santrinya. Tampilan yang tenang, membuat santri nyaman belajar Bahasa Indonesia bersamanya.
Kiprahnya di masyarakat lingkungan pesantren dan berbagai organisasi di wilayah Ponorogo tidaklah sedikit. Beliau menjadi Koordinator Majlis Ta’lim Al-Iman, aktif di kegiatan sosial dan agama di Kabupaten Ponorogo seperti Fatayat dan Muslimat NU, Yayasan Paud dan TK Khadijah, pengurus Majlis Ulama Indonesia (MUI) Ponorogo, Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Ponorogo, dan Ikatan Tim Penggerak PKK Ponorogo.
Ketika ditanya bagaimana membagi waktu dengan aktivitas yang beragam, ibu yang suka berpenampilan rapi ini menjabarkan, asalkan ada niat baik, maka yakinlah Allah akan memberi kesehatan dan kesempatan untuk melakukan aktivitas tersebut. Prinsipnya, Sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat banyak untuk sesama. Hidup sekali, hiduplah yang berarti. Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu. Adapun urusan dosmetik keluarga, anak-anaknya diberi pemahaman tentang manfaat aktivitas yang diikutinya.
Bagi pengagum RA Kartini ini, mengajar adalah profesi yang paling tepat untuk dirinya. Di samping turut serta membentuk generasi agama dan negara, ada kepuasan yang luar biasa ketika para siswanya menjadi manusia yang sukses, berkepribadian shalih, dan berperilaku shalih. Dalam mengajar, wanita yang juga sering menjadi MC ini punya prinsip: teknik mengajar lebih penting daripada guru itu sendiri. Sedangkan ruh guru lebih penting daripada materi mengajar. Maka beliau berusaha tetap memiliki ruh sebagai guru yang baik. Pesannya kepada para siswanya, tumbuhkan karakter karimah dan kecerdasan secara seimbang, dan mulailah dari dirimu sendiri. Untuk maju, jangan mengajak orang lain karena kalau orang lain tidak mau, kamu tidak jadi berangkat. Dan jangan menunggu diajak orang lain, karena kalau tidak ada yang mengajak, kamu tidak akan berangkat. Doa yang senantiasa dilantukan setelah shalatnya untuk para siswanya adalah,” Ya Allah, jadikan para siswa yang bertaqwa, berilmu, berkarakter mulia, bersabar, dan mendapatkan rizki besar berupa kesuksesan dunia dan akhirat”. Aamiin.